Rabu, 11 November 2009

Menjawab Pernyataan John Palinggi terhadap Realitas Obyektif "Impeachment" SBY

Oleh: Nugrah Yatna Utama

Ada beberapa point yang sangat urgen dan seharusnya menjadi kajian strategis kita bersama terhadap tulisan atau pernyataan dari pengamat kepolisian John Palinggi, secara real kami melihat ada beberapa hal yang beliau nyatakan selaku pengamat kepolisian :
a. adanya upaya mendiskretkan atau mendegradasikan presiden SBY atau "impeachment" terhadap SBY.
b. adalah SBY dituduh telah melakukan intervensi langsung terhadap penyelesaian skandal ini, walaupun telah di bentuk TPF (Tim 8).

Kalau orang yang terperangkap pada informasi ini tanpa menganalisisnya lebih mendalam ditambah lagi "hipotesa" yang keluar dari pengamat jelas dia akan sependapat dengan hal ini, akan tetapi bagi saya secara pribadi banyak kejanggalan-kejanggalan yang timbul setelah skandal ini muncul terkhusus pada pernyataan-pernyataan yang di keluarkan oleh bapak John Palinggi.

Pertama adanya upaya mendiskretkan atau mendagradasi SBY terkhusus terhadap posisi dan jabatannya selaku presiden RI apalagi hal ini di akibatkan beberapa orang yang tidak puas terhadap hasil Pemilu yang menempatkan SBY sebagai pemenang mutlak, ini pernyataan provokatif dan menggiring opini masyarakat untuk tidak berpikir kritis terhadap problematika yang muncul. Analisis saya terhadap kasus ini dengan memakai logika pembanding bahwa tidak semua yang muncul terkhsus skandal ini sebagai upaya "impeachment" terhadap SBY, akan tetapi lebih real lagi bahwa disinilah mulai terbuka borok-borok(skandal) yang di tutupi oleh KPK dan permainan curang dan licik dari anggoro dan anggodo sehingga inti dari itu semua adalah menjaga kepentingan SBY yang sangat banyak apalagi saking banyaknya kepentingan ini timbul kontraproduktif di dalam implementasinya termasuk peran-peran mis-job dari KPK dan Anggodo yang seharusnya bagi SBY itu tidak akan terjadi apalagi menggangu eksistensi tendensinya di Indonesia, saya melihat sekarang bahwa SBY harap-harap cemas semoga kasus ini tidak terus bergulir dan melebarkan sayap penyelidikannya sehingga dia membentuk tim "independen" untuk mengkaburkan isu ini terkhusus yang berkaitan dengan kepentingannya sendiri, SBY sangat cerdas sebelum oposisi merangsek dan mengkritisi kebijakannya, di dekati dan diberikan posisi strategis, partai yang notabenenya berpeluang menjadi oposisi pun di goyang dan di susupi sehingga menjadi lunak dan menjadi pengikut setia, permainan SBY memang cantik dan ciamik, saya berani bertaruh kenapa tidak ada yang berani menyelidiki nama2 yang di sebutkan di hasil sadap pembicaraan anggodo dan beberapa orang,termasuk bapak SBY kok yang lain dipaksakan untuk diselidiki sedangkan yang lain tidak, kan yang timbul ketidakadilan terhadap penyelidikan skandal ini, apalagi KPK juga terkesan tebang pilih terhadap penyelesaian beberapa kasus,belum lagi si licik Anggodo/Anggoro yang begitu mudahnya mengobok-obok supremasi dan penegakan hukum di Indonesia.

Kedua tentang intervensi yang dilakukan SBY terhadap skandal ini, sudah sangat jelas secara kasat mata konspirasi yang dilakukan sangat vulgar di perlihatkan, terkhusus dengan membnetuk lembaga independen TPF itu sendiri, sampai hari ini untuk berbicara tentang nilai independensi di Indonesia sangat susah bahkan tidak berlaku, apalagi jika kita ingin berbicara tentang sebuah idealisme, TPF itu sendiri tidak bisa kita nafikkan sebagai tim khusus yang memang hasil karya tangan SBY itu sendiri,orang berbeda, walaupun sang ketua tim adnan buyung nasution berkali-kali mengklarifikasi di media bahwa mereka adalah tim independen,tapi walaupun di tutupi yang namanya bangkai akan tercium juga, bagi orang yang berpikir kritis dan realis, sekarang kalau kita melihat pola kerja yang di lakukan oleh TPF adalah polarisasi kerja subyektif, tekanan-tekanan yang mereka lakukan serta pernyataan-pernyataan mereka terkesan seperti ada yang di sembunyikan terkhusus bagi si empunya yang membuat tim ini, tak bisa saya bayangkan jika tim ini dibuat untuk menjaga pamor penguasa dan kepentingannya, Polisi, kejaksaan, KPK, anggodo dan anggoro hanya wayang saja yang memang di angkat dan dimainkan demi kepentingan dalangnya, sangat menarik….

Hari ini kan dalangnya juga sangat ketakutan jika rahasianya terbuka ke publik luas sehingga sang dalang memakai alur cerita yang lain dengan seolah-olah beliau di dzalimi atau impeachment, melankolis politik, aplikatif dan implementasi kebijakan pemerintah lebih banyak saya lihat dalam kinerja bapak SBY dari jilid I yang kemarin sama saja, kalaupun bapak john palinggi menyampaikan dalam pernyataannya bahwa salah satu contoh tidak ada intervensi SBY adalah besan SBY saja di penjarakan, kenapa saya skeptis dan menganggap pernyataan bapak terlalu normatif dan subyektif, pendapat saya bahwa memang sengaja besannya masuk penjara karena memang digunakan untuk menjaga politik pencitraan dan kredibilitas penguasa itu sendiri apalagi kemarin ini kan sangat relevan dengan jargon politik partainya intinya adalah sikat KKN tanpa pandang bulu, mau besan kek, mau saudara kek, kan sudah terbukti dan teruji, berani-beraninya mengklaim sesuatu yang masih menjadi disapora wacana saat itu sehingga saya mengasumsikan pernyataan partai tersebut sebuah klaim untuk klien (penguasa), seharusnya sebagai masyarakat Indonesia saat ini kita harus cerdas dan kritis melihat kondisi di sekitar kita karena nilai kebenaran di nusantara ini perlahan-lahan mencapai titik nadir dan tertinggal hingga meninggal(mati), di Bangsa ini tidak ada kebenaran yang absolute dan mutlak yang memang sebenar-benarnya kebenaran, yang ada adalah sebenar-benarnya kebenaran demi mencapai kepentingan yang sangat tendensius, kekuasaan sangat berpotensi untuk korup (KKN). Wallahu`alam bishawab…….


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SYUKRON TELAH MEMBERIKAN KOMENTAR